{ KODE IKLAN ADSENSE 300x250 )
Berbagi Inspirasi - Muncul meme yang menyindir negara-negara Arab kini sibuk berdebat soal agama daripada memperhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal 1.000 tahun lalu, justru negara Barat yang sibuk gontok-gontokkan soal agama. Hingga akhirnya pada abad pertengahan, negara Eropa terbelakang sementara ilmu pengetahuan di negara-negara Islam sangat maju.
Sejak runtuhnya kerajaan Romawi, bangsa-bangsa Eropa malah sibuk memperebutkan dan memperluas pengaruhnya terhadap kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Mulai dari perang antar bangsa-bangsa di Balkan, bahkan terjadi perang 100 tahun antara Inggris dan Prancis.
Tak hanya itu, pemuka agama Kristen juga mencoba meningkatkan pengaruhnya terhadap raja-raja yang bercokol di tanah Eropa. Kebijakan Reconquista untuk merebut kembali tanah Iberia dari tangan Kaum Muslimin membuat bangsa ini mengalami ketertinggalan di berbagai bidang.
Tanpa mereka ketahui, Dunia Islam saat itu mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ilmu pengetahuan, teknologi hingga kesenian terus mengalami kemajuan.
Siapa yang tak kenal dengan Ibnu Sina dengan ilmu pengobatan yang dimilikinya, atau Ibnu Rusyd. Bahkan, teknik aljabar yang dikembangkan oleh Ibnu Musa terus dipakai hingga era modern. Puncaknya terjadi hingga tahun 1000-an, hal ini ditunjukkan dengan arsitektur-arsitektur bangunan yang dinilai lebih modern kala itu.
Hubungan antara Eropa dengan Dunia Islam baru terjadi saat dimulainya Perang Salib Pertama. Saat tiba di tanah Arab untuk pertama kalinya, mereka disebut-sebut sangat kagum dengan kebudayaan yang dimiliki umat Islam yang dibawa oleh para musafir.
Di tengah berlangsungnya upaya revitalisasi, bangsa-bangsa Eropa mulai mendirikan pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti universitas sejak abad ke-12. Kontak langsung dengan Dunia Muslim di Spanyol dan Sisilia termasuk saat upaya merebut kembali tanah Iberia (reconquista) dan Perang Salib membuat bangsa ini mulai memiliki akses terhadap dokumen-dokumen berbahasa Arab dan Yunani.
Mereka lantas mempelajari teori-teori yang dikembangkan oleh Aristoteles, Ptolemy, Jabir ibnu Hayyan, al-Khwarizmi, Alhazen (al-Hasan), Avicenna (Ibnu Sina), and Averroes (Ibnu Rusyd). Sejak itu, bangsa Eropa mulai berupaya menerjemahkan tulisan-tulisan yang dimuat para ilmuwan Muslim tersebut.
Dimulai sejak abad ke-12, Eropa mulai membenahi secara besar-besaran sistem pendidikan mereka. Namun, upaya ini sempat terhambat akibat merebaknya wabah Kematian Hitam atau the Black Death yang menular. Setelah wabah berhasil diatasi, Eropa lagi-lagi berbenah.
Perlahan namun pasti, upaya ini mulai membuahkan hasil. Bangsa Eropa mulai berani membuat teori-teori penting dan melabrak kebiasaan yang berlangsung saat itu. Dimulai dari dibuatnya buku soal struktur tubuh manusia berjudul De Humani Corporis Fabrica karya Andreas Vesalius, atau De Revolutionibus karya astronom Nicolaus Copernicus.
Copernicus yang dibuat Copernicus ini membuat bangsa Eropa terbelalak. Di mana untuk pertama kalinya, seorang astronom menyebut bumi dan planet-planet lainnya mengitari matahari. Di masa itu, warga Eropa selalu dicekoki pelajaran di mana matahari lah yang mengitari bumi.
Teori ini dikukuhkan oleh astronom asal Italia, Galileo Galilei meski harus berhadapan dengan pihak gereja yang menolak teori Copernicus. Sejumlah eksperimen dilakukan sejumlah ilmuwan terkemuka Eropa lainnya demi membuktikan teori-teori yang mereka pelajari dari Dunia Islam.
Teori aljabar yang dibangun Al-Khwarizmi juga menjadi salah satu yang mampu mengubah wajah Eropa. Di mana salah seorang profesor menyebut teori tersebut sangat berguna dan bekerja dengan baik saat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Ada juga beberapa kesadaran bahwa banyak pesawat dan trigonometri yang dapat dikaitkan dengan penulis-penulis Islam," ujar Professor Victor J Katz, seorang Phd di bidang matematika.
Ketika itu, sejumlah peneliti asal Eropa berupaya menerjemahkan kitab al-jabr w'al-muqabala yang berarti Singkat tapi Lengkap Buku Perhitungan oleh Penyelesaian dan Penyeimbangan. Selain itu, mereka juga berhasil mendapatkan hasil kerja astronomi dan matematika karya al-Battani dan Muhammad al-Fazari.
Selain sejumlah ilmu di atas, Eropa juga menerjemahkan sejumlah kitab-kitab karya pemikir Islam di bidang Psikologi, hingga Fisika. Bahkan ikut meniru aksara-aksara Arab.
Sumber: merdeka.com